Jumat, 11 Mei 2012

laporan akhir praktikum teknologi produksi benih

 

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH



ARI LUBERIUS
1006134195


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012

ARI LUBERIUS
1006134195


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012








DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Kata pengantar………………………………………………………………………………..1
1.2  Tujuan praktikum…………………………………………………………………………….2
.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
            2.1 Struktur biji……………………………………………………....……….3
            2.2 Tipe perkecambahan…………………….…………………….….…..….3
            2.3 Daya kecambah benih……………………………………………………………...................……….4
            2.4 Kekuatan kecambah benih………………………………………………………..........................……….4
            2.5 Uji laju pertumbuhan kecambah…………………………………………………................................……6
            2.6 Sertifikasi benih………………………………………………………………...……………….6
            2.7 Kemurnian benih………………………………………………………………….......…………7
            2.8 Uji tetrazolium…………………………………………………………………..……….9

BAB 3 BAHAN DAN METODE
            3.1 Waktu dan tempat…………………………..….........……………….….11
            3.2 Bahan dan alat…………………………………….....……….………….11
            3.3 Prosedur kerja………………………………………...………...……….15

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
            4.1 Hasil……………………………...…………………………………..….21
            4.2 PEMBAHASAN……………………....……………………………..….25
           
BAB 5 PENUTUP
            5.1 Kesimpulan……………………………………………..……………….27
            5.2 Saran…………………………………............……………………….…………….27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Karunia nya lah sehingga kita masih diberikan nikmat berupa kesehatan dan kesempatan khususnya kepada penulis pribadi, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Teknologi Produksi Benih ini, Semoga apa yang diberikan dapat berguna dalam menentukan penulis ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi nanti.
Di samping itu juga, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penulisan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan laporan – laporan praktikum kedepannya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kata – kata yang tak berkenang hati. Karena seperti kata pepatah: ‘’ tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri, dan tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan’’. Harapannya, semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaaat bagi semua orang, terutama penulis. Sekian dan terima kasih.





BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Kata Pengantar
Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar. Benih siap dipanen apabila telah masak.
Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase pembuahan,fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar; dan setelah mencapai tingkat masak benih; berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan.
Tolak ukur yang umumnya dijadikan patokan untuk menilai tingkat kemasakan benih adalah warna, bau, kekerasan kulit, rontoknya buah (benih), pecahnya buah, kadar air dan lainnya.
Benih dikatakan masak secara fisiologis dan siap untuk dipanen, apabila zat makanan dari benih tersebut tidak lagi tergantung dari pohon induknya, yang umum ditandai dengan perubahan warna kulitnya. Waktu yang paling baik untuk pengumpulan benih adalah segera setelah benih itu masak. Masaknya buah (benih) umumnya terjadi secara musiman, walaupun cukup banyak juga jenis-jenis pohon yang menghasilkan buah masak tetapi tidak mengikuti musim yang jelas.
Pengumpulan buah/benih pohon yang umumnya dilakukan dengan cara; pengumpulan langsung di bawah tegakan yang telah merontokan buah-buah masak. Buah itu langsung diambil dan dikumpulkan dari pohon-pohon yang masih berdiri, atau dengan cara menebang pohonnya. Cara yang pertama adalah cara yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan.  Menjelang benih-benih jatuh, tanah di bawah tegakan yang akan dijadikan sebagai sumber benih dibersihkan terlebih dahulu untuk memudahkan pengumpulannya. Cara yang umum dipakai untuk mendapatkan benih dalam jumlah besar dari tegakan benih adalah dengan pengumpulan langsung dari pohon-pohon yang berdiri, yang dapat dipanjat dengan bantuan beberapa peralatan.
Cara pengumpulan benih dengan cara memotong cabang-cabang yang berbuah atau memotong tangkai pohonnya adalah cara yang tidak dianjurkan, karena akan mengganggu kelestarian produksi benih itu sendiri.
Buah atau benih yang telah dikumpulkan/dipanen, dimasukan ke dalam tempat yang telah disediakan, kemudian diberi label, yang antara lain menjelaskan tentang nama jenis, tempat dan tanggal pengumpulan, nama pengumpul dan jumlahnya.  Penanganan selanjutnya adalah pengangkutan, ekstraksi, pembersihan dan pengeringan, serta pengepakan dan pemberian label benih.



1.2  Tujuan praktikum
-Mahasiswa mampu membedakan biji dikotil dan monokotil serta memahami kompoen penyusun masing- masing tipe biji
-Mahasiswa mampu melakukan uji perkecambahan  baku dan dapat mengelompokkan benih atas   berkecambah (viable) normal, berkecambah tidak normal dan tidak berkecambah (nonviable).
-Melatih mahasiswa untuk melakukan  pengujian uji nilai indeks berkecambah secara mandiri dan menginterprestasikan data hasil pengamatan yang didapatkannya.
-Melatih mahasiswa untuk melakukan pengujian uji laju pertumbuhan kecambah secara mandiri  danmenginterprestasikan data hasil pengamatan yang didapatkannya.
-Mahasiswa dapat mengamati kaddar air benih
-Mahasiswa mampu melakukan penentuan komponen kemurnian benih
-mahasiswa mampu menggunakan hasil pengamatannya pada label benih
-Mahasiswa dapat mwnggunakan tekhnik pewarnaan dengan TZ (Tetrazolium) untuk menentukan benih
viable dengan yang tidak.












BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur Biji
            Biji merupakan suatu organ penting yang terbentuk pada tanaman yang fungsi utamanya untuk mempertahankan hidup bagi tanaman tersebut,biji sebagai organisasi yang teratur rapi merupakan tanaman mini yang mampu bertahan hidup dalam keadaan yang sangat extrim misalnya dengan kadar air rendah, konsentrasi udara yang sangat rendah ataupun suhu rendah atau yang sangat tinggi. Dalam perkembangan biji ditanaman induknya terjadi penumpukan bahan-bahan kimia yang berguna untuk cadangan makanan pada perkecambahan nantinya.
            Berdasarkan tipe perkembangannya maka biji yang masak mempunyai perbedaan susunan organ yang menyusunnya sehingga dikenal dua tipe biji yaitu monokotil yang sering kita lihat pada tipe rerumputan (cereal) dan dikotil yang sering kita lihat pada tipe kacang-kacangan (legume). Tapi cereal dikenal mempunyai tiga komponen penyusun yaitu kulit biji,endosperm,dan embrio, sedangkan type legume hanya mempunyai dua komponen yaitu kulit biji dan embryo.

2.2 Tipe Perkecambahan
            Pengertian benih dan bibit dapat berbeda dan dapat juga sama,namun pengertian bibit biasanya diberikan pada tanaman yang masih muda yang makanannya masih bergantung kepada cadangan makanan yang ada pada biji.di lapangan, biji yang dikecambahkan dan mengalami pertumbuhan untuk menuju permukaan tanah. Berdasarkan letak kotiledone setelah kecambah berada di permukaan tanah,maka dibedakan lah tipe perkecambahan menjadi dua type yaitu epigeal dan hypogeal. Epigeal adalah tipe perkecambahan dimana pada saat perkecambahan hypokotyl memanjang dan kotiledone terangkat kepermukaan tanah, hypogeal adalah tipe perkecambahan  dimana pada saat perkecambahan kotiledone tetap berada dalam tanah, dan yang mnuju kepermukaan tanah adalah plumule.




2.3 Daya kecambah (Viabilitas) Benih
             Daya kecambah benih adalah suatu ukuran kemampuan kelompok benih untuk berkecambah dqan menghasilkan bibit yang normal pada kondisi yang menguntungkan jika benih tersebut tidak berada dalam keadaan yang dormansi. Kondisi yang menguntungkan maksud nya jika semua persyaratan terpenuhi, misalnya pada media perkecambahan tersedia air,oksigen,suhu memenuhi syarat , dan cahaya tersedia jika dibutuhkan, secara otomatis   daya kecambahbenih akan tercapai pada saat masak fisiologis dan secara berangsur-angsur akan menurun sesuai dengan kondisi lingkungan apalagi setelah benih dipisahkan (dipanen) dari tanaman pengahasilnya. Terdapat banyak cara  untuk menguji daya kecambah suatu kelompok benih antara lain uji kecambah baku, uji tetrazolium dan X-ray test. Masing-masing metoda tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga dalam penggunaan nya harus diinterprestasikan dengan cara yang benar.

2.4 Kekuatan kecambah (Vigor) Benih
            Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :
  1. Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah  dan pertumbuhan kecambah.
  2. Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan.
  3. Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan.
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik lapangan kurang menguntungkan (suboptimal). Vigor dapat dibedakan atas:
-Vigor benih
-Vigor kecambah
-Vigor bibit
-Vigor tanaman
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan:
  1. Tahan disimpan lama
  2. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
  3. Cepat dan pertumbuhannya merata
  4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam lingkungan tumbuh yang sub optimal
Rendahnya vigor dapat disebabkan:
1.Genetis

Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lignkungannya yang kurang
menguntungkan, ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.
2. Fisiologis
Kondisi fisiologis yang berpengaruh adalah”immaturity” atau kekurang masakan benih saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan
3. Morfologis
Contohnya, benih yang kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan benih yang besar
4. Sitologis
Kemunduran benih yang disebabkan oleh antara lain aberasi khromosom
5. Mekanis
Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih pada saat panen, prosesing ataupun penyimpanan
6. Mikrobia

Benih yang memiliki vigor rendah berakibat:
  1. Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan
  2. Makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh
  3. Kecepatan berkecambah benih menurun
  4. Kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat
  5. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
  6. Rendahnya produksi tanaman
2.5 Uji laju pertumbuhan Kecambah
            Benih atau kelompok benih pada saat berkecambah akan mengahasilkan radikal dam plumule dengan panjang dan berat yang berbeda. Kecambah dengan akar dan plumule yang lebih panjang atau lebih tinggi berat kering nya merupakan benih yang dianggap mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi.

2.6  Sertifikasi Benih
            Sertifikasi benih adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh lembagasertifikasi melalui pemeriksaan lapangan, pengujianlaboratorium dan pengawasanserta memenuhi semuapersyaratan untuk diedarkan, Sertifikasi benih dilakukan oleh BPSP/PVT. Adapun dalam melakukan sertifikasi benih, semua persyaratan mengenai areal sertifikasi, prosedur sertifikasi, dan pemeriksaan lapangan diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Menteri Pertanian RI, 2006). Dalam sertifikasi benih terdapat prinsip sertifikasi dan standarisasi benih, dan uji BUSS.  Hal ini dilakukan menjamin mutu benih
2.6.1 Tugas dan Fungsi sertifikasi Benih
1)       Mengadakan pemeriksaan lapang;
2)       Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih;
3)       Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih;
4)       Mengadakan Pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium;
5)       Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi;
6)       Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi;
7)       Mengadakan pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi untuk penyempurnaan penerapan system sertifikasi benih;
8)       Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan kegiatan sertifikasi.


2.6.2         Landasan Hukum dan Pedoman dalam Sertifikasi Benih
  1. Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman;
  2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971 tentang Pembinaan, Pengawasan Pemasaran dan Sertifikasi Benih;
  3. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 460/Kpts/Org/XI/1971, jo Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971;
  4. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pertanian dan Tanaman Pangan Nomor SK.I.HK.050.84.68, tentang Prosedur Sertifkasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan SK No. I.HK.50.84.70, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi Benih;
  5. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 803/Kpts/01.210/7/97, tentang Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina;
  6. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1017/Kpts/TP.120/12/98, tentang Izin Produksi Benih Bina, Izin Pemasukan Benih dan Pengeluaran Benih Bina;
  7. Surat Keputusan Dirjen  Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-57, tentang Pedoman tata Cara dan Ketentuan Umum Sertifikasi Benih Bina;
  8. Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-58, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi untuk Perbanyakan Benih Tanaman Buah secara Vegetatif;
  9. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 39/Permentan/OT.140/8/06, tentang Produksi Benih, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina;
  10. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 28/Permentan/SR.120/3/07, tentang Produksi Benih, Kedelai;
  11. Diskripsi Jenis/Varietas yang diberikan oleh pemulia atau instansinya.

2.7      Kemurnian Benih
Kemurniah benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih.kemurnian benih sangat berpengaruh dilapangan. Karena benih yang tidak murni dapat merugikan kita pada saat pembelian maupun pada budidaya. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian.
 Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA (International Seed Testing Association), dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana mempersiapkan contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian.
Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :
Ø Benih masak utuh
Ø Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
Ø Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
Ø Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
Ø Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
Ø Benih dan bagian benih
Benih tanpa kulit benih
Benih yang terlihat bukan benih sejati
- Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal
Cangkang benih, Kulit benih
Ø Bahan lain
- Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.


2.8      Uji Tetrazolium
Uji Tetrazolium merupakan cara pengujian viabilitas benih secara cepat dan bersifat tidak langsung (Quick Test). Zat kimia yang digunakan adalah 2,3,5 Triphenyl Tetrazolium Kloride (garam tetrazolium), zat ini dapat diserap oleh benih.  Dalam jaringan benih hidup, garam tetrazolium akan mengalami reduksi secara enzimatik sehingga timbul senyawa formazan yang berwarna merah cerah.
Reaksi tetrazolium akan sangat baik apabila berada pada suhu udara sekitar 40 derajat celcius dan dalam larutan dengan pH 7.
Dasar pertimbangan uji tetrazolium:
  1. Keterbatasan waktu
  2. Benih bersifat dorman
  3. Kepentingan riset
Kriteria pewarnaan:
  1. Merah cerah : jaringan masih hidup
  2. Merah jambu : jaringan sudah lemah
  3. Merah tua : jaringan rusak
  4. Tidak berwarna : jaringan sudah mati

2.8.1 Prinsip Metode TTZ
Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi .Kelebihan metode TZ meliputi waktu pengujian yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau mikroba lainnya dan bersifat merusak.
2.8.2 Kategori Benih Viabel dan Non Viabel dalam Uji TTZ
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam uji TZ adalah evaluasi pola topografi perwarnaan untuk menentukan benih viable dan non-viable.Paradigma ini diterima karena definisi viable (hidup) diartikan hanya sebagai kemampuan benih tersebut untuk berkecambah, dan tidak menjadi soal apakah berkecambah secara normal atau abnormal. Dengan paradigma demikian, maka hasil uji TZ tidak diperkenankan menjadi data yang dicantumkan di label benih karena akan memberikan kesalahan positif (yaitu persentase benih viable yang lebih tinggi dibandingkan persentase daya berkecambah).
Akan tetapi, apabila ditelusuri dari berbagai literatur internasional, maka akan diperoleh suatu kesimpulan bahwa paradigm tersebut di atas kurang tepat. ISTA sebagai organisasi pengujian benih internasional yang diakui kredibilitas dan metodenya digunakan di seluruh dunia mendefinisikan benih viable benih yang memperlihatkan potensi untuk menjadi kecambah normal, sedangkan benih non-viable adalah terdiri dari benih yang berkembang secara abnormal baik pada embrio maupun pada struktur penting lainnya dan menunjukkan jaringan yang mati.




















BAB 3
BAHAN dan METODE
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu
-Hari Kamis Pukul 13.00 WIB
3.1.2 Tempat
-Laboratorium Fisiologi Tumbuhan

3.2 BAHAN dan ALAT
3.2.1 Struktur Biji
-Benih padi, jagung,kacang tanah,dan/atau kedelai
-Aquadestilate
-Pisau silet atau Cutter
-Loop (Kaca Pembesar)
-Buku ganbar dan Pensil Warna
-Kertas Tissue

3.2.2 Type Perkecambahan
3.2.2.1 Bahan
-Benih jagung dan Kedelai
-Aquadestilate
-Media berupa tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1

3.2.2.2 Alat
- Seedbed
-Buku Gambar dan pensil Warna

3.2.3  Daya Kecambah
3.2.3.1 Bahan
-Benih Padi,jagung,atau kedelai
-kertas Stensil
-Aquadestilate

3.2.3.2 Alat
-Germinator gelap

3.2.4 Kekuatan Kecambah (Vigor) benih
3.2.4.1 Bahan
-Benih padi,jagung,atau kedelai
-kertas stensil
- Aquadestilate

3.2.4.2 Alat
- Germinator gelap


3.2.5 Uji laju pertumbuhan kecambah
3.2.5.1 Bahan
-benih padi, jagung, atau kedelai
-kertas Koran
- amplop ukuran 10 x 15 cm

3.2.5.2 Alat
-Oven yang dapat diatur suhunya
-Timbangan analitis
- mistar dengan ketepatan millimeter
- cutter atau pisau silet
- kaleng susu bubuk bekas

3.2.6 Sertifikasi Benih
3.2.6.1 Bahan
- Biji padi, jagung, atau kedelai
- amplop kecil tempat mengeringkan biji di dalam oven

3.2.6.2 Alat
- oven untuk mengeringkan biji
-timbangan analitis
-exicator
-Cawan timbang (weighing pan)
3.2.7 Kemurnian Benih
3.2.7.1 Bahan
- Benih tanaman yang telah diproses setelah panen
- amplop kecil tempat menyimpan komponen yang telah dipisahkan

3.2.7.2 Alat
- Pinset
- Timbangan analitis
- Cawan timbang (weighing pan)

3.2.8 Uji Tetrazolium
3.2.8.1 Bahan
- Benih jagung dan kedelai
-Larutan Tetrazolium 1 %
- Aquadestilate

3.2.8.2 Alat
- Oven atau incubator yang dapat diatur suhunya sampai 35 °C
- Beakerglass kapasitas 100 ml atau gelas plastic aqua untuk wadah pewarnaan
- pisau cutter atau sejenisnya
- timbangan analitik untuk menimbang TZ yang akan dipakai untuk pambuatan larutan TZ 1 %.


3.3 PROSEDUR kerja
3.3.1 Struktur biji
1.  biji yang telah dipersiapkan direndam dalam air aquades selama 1-2 jam
2. setelah dikeluarkan dari air rendaman, biji dikeringkan dengan tissue
3. gambar mrfologi luarnya
4. benihpadi atau jagung dipotong membujur melewati embrio nya, amati secara visual dan buat
    gambar bagian-bagiannya
5.benih kacang tanah dan kedelai dipotong melintang dan digambar bagian-bagiannya.

3.3.2 Tipe perkecambahan
1. isikan campuran media kedalam seedbed sebanyak ¾ bahagian tingginya
2. tanam masing-masing benih dalam seedbed dengan kedalaman 3 cm
3. seedbed yang telah ditanami benih disiram secukupnya
4. amati pertumbuhan kecambah pada hari ketujuh setelah tanam

3.3.3 Daya Kecambah (Viabilitas) benih
1. basahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 50 buah benih yang akan diuji
2. susun biji dalam lima baris masing-masing 10 biji perbaris dengan jarak yang sama menurut    
    panjang kertas.
3.tutup biji dengan selembar kertas stensil yang sudah dibasahi, bijinya ditekan sedikit dan
   pinggir kertas dilipat kira-kira 1,5 cm kearah dalam.
4. gulung kertas berisi benih tadi menjadi 4 bagian
5. buatlah masing-masing 2 atau 4 ulangan untuk setiap praktikum
6. letakkan gulungan kertas berisi benih germinator secara mandatar pada rak perkeambahan
7. pada hari ketiga (kedelai) atau kelima (jagung dan padi) setelah dikecambahkan, gulungan
   dibuka, dipisahkan benih yang berkecambah normal dan dihitung jumlahnya.hasil pengamatan
   ini digunakan untuk menenukan nilai uji hitung pertama yang merupakan salah satu indicator
   vigor benih.
8. kemudian kertas ditutup dan digulung kembali seperti semula.
9. pengamatan berikutnya dilakukan 2 hari sekali sampai dengan hari ke 7

3.3.4 kekuatan kecambah (Vigor) benih
1. basahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 50 buah yang akan diuji
2. susun biji dalam lima baris masing-masing 10 biji perbaris dengan jarak yang sama menurut
    panjang kertas
3.tutup biji dengan selembar kertas stensil yang sudah dibasahi,biji-biji ditekan sedikit dan
   pinggir kertas dilipat kira-kira 1,5 cm kearah dalam
4.gulung kertas yang berisi benih tadi menjadi 4 bahagian
5. buatlah masing-masing 4 ulangan
6. letakkan gulungan kertas berisi benih kedalam germinator secara mendatar pada rak
  perkecambahan.
7.mulai hari ketiga lakukan setiap hari pengamatan yaitu dihitung jumlah benih yang
  berkecambah normal dan dikeluarkan dari media.
8.pada hari ketiga setelah dikecambahkan,gulungan dibuka,dipisahkan biji yang berkecambah
normal dan dihitung jumlahnya. Kemudian kertas ditutup dan digulung kembali dan dimasukkan
kedalam germinator. Pengamatan ini diulangi sampai hari ketujuh.
3.3.5 Uji laju pertumbuhan kecambah
1 .lipat kertas stensil menjadi dua bagian yang tidak sama (1/3 dan 2/3 bahagian menurut lebar
    kertas)
2.basahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 15 buah benih yang akan diuji
3.susun biji dalam satu baris dengan jarak yang sama menurut panjang kertas dimana bahagian
   radical diarahkan kebagian 2/3 lebar.
4.tutup biji dengan selembar kertas stensil yang sudah dibasahi, biji-biji ditekan sedikit dan 
  pinggir kertas kira-kira 1,5 cm kearah dalam
5.gulung kertas berisi benih tadi menjadi 4 bahagian
6.masukkan gulungan kertas berisi biji kedalam kaleng susu sebanyak 8 gulung perkaleng.
  Dimana bahagian yang 1/3 bahagian mengarah keatas secara vertical.
7.letakkan kaleng pada germinator secara vertical.
8.pada hari ketujuh setelah dikecambahkan,gulungan dibuka dan dihitung benih yang
  berkecambah normal,abnormal, dan yang tidak berkecambah
9. benih yang berkecambah normal diukur radikal dan plumule nya dan diambil rata-ratanya
10. benih normal,dengan menggunakan cuttar atau pisau silet.pisahkan akar dan plumule nya
    pada batas melekatnya pada sisa biji sedangkan pada kedelai dibuang kotiledonnya
11.masukkan akar dan plumule kedalam amplop yang berbeda setiap gulungan
12. amplop yang berisi akar dan plumule tersebut diletakkan pada oven dengan suhu 85 °C
   selama 2 x 24 jam.
13.timbang berat kering akar dan plumule dan catatkan ke table pengamatan.


3.3.6 Sertifikasi Benih
1.ambil secara random benih dari kantong penyimpanan
2.biji tadi dimasukkak kedalam cawan timbang,timbang beratnya dan ini dikatakan sebagai berat
  basah.
3.biji yang telah ditimbang berat basahnya ini dimasukkan kedalam amplop
4.amplop berisi biji dimasukkan kedalam oven yang telah diatur suhunya 70°C dan dikeringkan
  selama 48 jam.
5.amplop berisi biji dimasukkan kedalam exicator selama 30 menit untuk menstabilkan beratnya.
6.timbang berat biji kedalam cawan timbang ini dijadikan sebagai berat kering.

3.3.7 Kemurnian Benih
1.ambil secara random satu sample dengan jumlah yang ditentukan sesuai jenis benih,biji kecil
  biasanya 20 gram dan biji besar 50 gram.
2.pisahkan komponen benih murni,benih tanaman lain, benih rerumputan dan kotoran benih
  dengan mempedomani kriterianya seperti table berikut
No
Komponen
Kriteria
1
Benih Murni
A.benih varietas yang diuji
B.benih tanaman satu spesies
C.ukuran utuh atau lebih dari ¾ ukuran asli
2
Benih Tanaman Lain
Biji tanaman selain spesies yang diuji
3
Benih Rerumputan
Biji rerumputan yang ada,termasuk biji noxios weed
4
Kotoran Benih
A.biji hampa
B.tangkai benih atau sisa tanaman lain
C. batu,pasir,debu,dan kulmulan tanah
D. benih berukuran kecil dari ¾ ukuran asli
3.Timbang bobot masing-masing komponen
4.jauhkan berat masing-masing komponen untuk mendapatkan berat total

3.3.8.1 persiapan larutan tetrazolium dengan konsentrasi 1 %
1.timbang TZ sebanyak 500 mg dengan timbangan analitik
2.siapkan wadah berupa beaker glass berisi 500 ml air aquadestilate
3.masukkan TZ yang sudah ditimbang dan aduk secara perlahan

3.3.8.2 Penyiapan Benih
1.Benih terlebih dahulu dilembabkan pada media kertas selama 12 jam
2. benih jagung dipotong memanjang mengenai emrio nya
3.benih kedelai dapat juga dibuang kulit bijinya

3.3.8.3 Pelaksanaan pewarnaan dan pengamatan
1. Seratus ( 100 ) biji yang sudah lembab hasil perendaman yang ditutup dengan kertas
   dimasukka kedalam  wadah pewarnaan.
2.masukkan larutan TZ 1 % secukupnya (lk 60 ml)
3.masukkan wadah tersebut selama 2 jam
4.keluarkan wadah dan basuh dengan aquadestilate beberapa kali.







BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Daya kecambah (Viabilitas) benih
NO
Kecambah hari ke 3
Kecambah hari ke 7
Kecambah abnormal
Benih   mati
Nilai     UHP
Nilai    SGT
1
50
50

































4.1.2 Kekuatan  kecambah (Vigor) Benih
Hari ke
Sampel 1
Sampel 2
Rata-Rata
3
50
50
50
4
50
50
50
5
50
50
50
6
50
49
49,5
7
50
49
49,5
8
49
48
48,5
Nilai IVT
9,06
8,96









4.1.3 Uji laju pertumbuhan kecambah
Sample 1
NO
Panjang akar
Panjang plumule
Berat kecambah
Jumlah kecambah
1
4
5
12,73
15
2
10
7
12,73
15
3
11,5
7,5
12,73
15
4
16
10
12,73
15
5
17
10
12,73
15
6
17
7
12,73
15
7
14
7
12,73
15
8
15
11
12,73
15
9
16
9
12,73
15
10
17
7
12,73
15
11
15
12
12,73
15
12
16
10
12,73
15
13
13
7,5
12,73
15
14
13
5,5
12,73
15
15
14
10
12,73
15






           




Sample 2
NO
Panjang akar
Panjang plumule
Berat kecambah
Jumlah kecambah
1
7
14
11,31
15
2
7,5
12
11,31
15
3
5,5
16
11,31
15
4
8,5
16,5
11,31
15
5
5
12
11,31
15
6
9,5
18
11,31
15
7
9
15,5
11,31
15
8
7,5
13
11,31
15
9
8
11,5
11,31
15
10
6
12,5
11,31
15
11
6
15
11,31
15
12
8
16,5
11,31
15
13
9,5
15
11,31
15
14
9
11
11,31
15
15
11
7
11,31
15





4.1.4 Sertifikasi benih
Nomor
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar air (%)
RSGT 1
12,73
1,40
88,93
RSGT 2
11,31
1,35
88,06
Rata-rata



KA=Berat basah-Berat kering/Berat basah X 100%

4.1.5 Kemurnian Benih
Nomor
Komponen
Berat (g)
Persen Komponen (%)
1
Benih murni
62 gram
96,53 %
2
Benih tanaman lain
1,37 gram
2,13 %
3
Benih rerumputan
0,16 gram
0,25 %
4
Kotoran benih
0,70 gram
1,09 %
Total
64,23 gram
100 %

4.1.6  Uji tetrazolium
Nomor
Jumlah biji dikecambahkan
Jumlah embryo merah pekat
Jumlah embrio merah muda
Jumlah tak berwarna
1
53
13
23
13
Viabilitas
24,52 %
43,39 %
24,52 %









4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Daya kecambah (Viabilitas) benih
Benih yang sudah dibungkus dengan menggunakan kertas stensil dan dimasukkan kedalam exicator tersebut mampu melakukan perkecambahan dengan baik dan normal,pada saat pengamatan dilakukan, benih sudah mulai berkecambah serta plumule dan radikal nya sudah kelihatan,hal ini dikarenakan kelembaban yang terjaga serta kertas stensil yang dapat menyimpan air selalu memberi cadangan air ketika benih tersebut mulai kekurangan air.
4.2.2 Kekuatan  (Vigor) Benih
            Pada sample 1 kita lihat perkembangan perkecambahan benih cukup baik hingga hari ke 7 , namun pada hari kedelapan dilihat 1 benih mati dan berjamur,hal ini dikarenakan tidak meratanya penyiraman dan ketersediaan air pada benih tersebut, oleh karena itulah benih tersebut nihBerjamur dan pada akhir nya mati, dan pada sample ke 2 kita melihat perkembangan benih juga cukup baik sampai hari ke 5 dan pada hari berikutnya mulai berkurang lagi karena kematian benih yang ditemukan sudah terdapat jamur.
4.2.3 Uji Laju Pertumbuhan Kecambah
            Benih yang berkecambah menghasilkan plumule dan radikal yang berbeda-beda, dan benih yang memiliki radikal dan plumule yang panjang dikatakan sebagai benih yang mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi,dan pada table kita dapat melihat bahwa tidak semua benih memiliki radikal dan plumule yang panjang, artinya benih yang memiliki radiks dan plumule yang kurang panjang tersebut dikatakan sebagai benih yang kurang mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi.pada sample 1 berat keseluruhan benih yang sudah berkecambah adalah 12,73 gram sedangkan pada sample 2 berat benih yang sudah berkecambah adalah 11,31 gram,jadi benih yang berada pada sample 1 lebih mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi dibandingkan benih yang berada pada sample 2. Laju pertumbuhan kecambah dapat dipengaruhi oleh factor dalam yaitu tingkat kemasaman benih,ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan,serta factor luar yaitu air,tempratur,oksigen,dan cahaya.

4.2.4 Sertifikasi benih
            Pada uji RSGT 1 kita dapat berat basah keseluruhan benih yang berada didalam exicator yang sudah dibungkus oleh kertas stensil tersebut sebesar 12,73 gram dan setelah dimasukkan kedalam oven dengan suhu 70ºC selama 48 jam berat benih tinggal 1,40 gram,jadi kandungan air didalam benih tersebut sebanyak 88,93%, hasil tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus KA=Berat basah-Berat kering/Berat basah X 100%, dan begitu juga pada sample yang kedua didapatkan hasil berat basah benih seberat 11,31 gram dan setelah dimasukkan kedalam oven selama 48 jam maka didapatkan hasil berat kering seberat 1,35 gram, jadi kandungan air didalam benih pada sample 2 tersebut adalah sebesar 88,06%.

4.2.5 Kemurnian Benih
            Dari table hasil pengamatan dan perhitungan kemurnian benih didapatkan hasil benih murni sebanyak 62 gram,benih tanaman lain 1,37 gram, benih rerumputan 0,16 gram, kotoran benih 0,70 gram, dan total seluruh nya adalah 64,23 gram, dan persentase dari benih murni adalah 96,53 %, benih tanaman lain 2,13 %,benih rerumputan 0,25 %, dan kotoran benih 1,09 %.

4.2.6 Uji tetrazolium
            Uji tetrazolium ini didasarkan oleh aktifitas enzim dehidrogenase yang berperan dalam proses respirasi, dan pada praktikum jumlah biji yang dikecambahkan adalah sebanyak 53, dan jumlah embryo merah pekat adalah sebanyak 13, jumlah embryo merah muda sebanyak 23, dan jumlah yang tidak berwarna sebanyak 13, dan viabilitas embryo merah pekat adalah 24,25 %, dan embryo merah muda adalah 43,39 %, dan persentase yang tidak berwarna adalah 24,52 %, untuk mencari viabilitas kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut
Viabilitas=Jmlh biji warna merah/jmlh biji yg diperlukan X 100 %

BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
-Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar.
- Berdasarkan tipe perkembangannya maka biji yang masak mempunyai perbedaan susunan organ yang menyusunnya sehingga dikenal dua tipe biji yaitu monokotil yang sering kita lihat pada tipe rerumputan (cereal) dan dikotil yang sering kita lihat pada tipe kacang-kacangan (legume)
-Daya kecambah benih adalah suatu ukuran kemampuan kelompok benih untuk berkecambah dqan menghasilkan bibit yang normal pada kondisi yang menguntungkan jika benih tersebut tidak berada dalam keadaan yang dormansi.
-Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas
-Sertifikasi benih adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh lembagasertifikasi melalui pemeriksaan lapangan, pengujianlaboratorium dan pengawasanserta memenuhi semuapersyaratan untuk diedarkan
-Kemurniah benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut.
-Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih

5.2 SARAN
-Sebaiknya ketersediaan benih yang ada di laboratorium ditingkatkan lagi,serta di tambah lagi jenis benih yang akan dipraktikumkan, ada baiknya apabila mahasiswa melakukan praktikum pada benih yang masih jarang dikenal dan dibudidayakan oleh para petani maupun pakar nya,karena benih padi,jagung dan kedelai sudah sangat sering dilihat oleh tiap mahasiswa.


           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar