LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI
BENIH
ARI LUBERIUS
1006134195
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
ARI LUBERIUS
1006134195
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Kata
pengantar………………………………………………………………………………..1
1.2 Tujuan
praktikum…………………………………………………………………………….2
.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Struktur biji……………………………………………………....……….3
2.2
Tipe perkecambahan…………………….…………………….….…..….3
2.3
Daya kecambah benih……………………………………………………………...................……….4
2.4
Kekuatan kecambah benih………………………………………………………..........................……….4
2.5
Uji laju pertumbuhan kecambah…………………………………………………................................……6
2.6
Sertifikasi benih………………………………………………………………...……………….6
2.7
Kemurnian benih………………………………………………………………….......…………7
2.8
Uji tetrazolium…………………………………………………………………..……….9
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan tempat…………………………..….........……………….….11
3.2
Bahan dan alat…………………………………….....……….………….11
3.3
Prosedur kerja………………………………………...………...……….15
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil……………………………...…………………………………..….21
4.2
PEMBAHASAN……………………....……………………………..….25
BAB 5 PENUTUP
5.1
Kesimpulan……………………………………………..……………….27
5.2
Saran…………………………………............……………………….…………….27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan Karunia nya lah sehingga kita masih diberikan nikmat
berupa kesehatan dan kesempatan khususnya kepada penulis pribadi, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktikum Teknologi Produksi Benih ini, Semoga apa
yang diberikan dapat berguna dalam menentukan penulis ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi nanti.
Di samping itu juga, penulis menyadari dengan sepenuh hati
bahwa dalam penulisan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan laporan – laporan praktikum kedepannya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kata – kata yang
tak berkenang hati. Karena seperti kata pepatah: ‘’ tak ada gading yang tak
retak, tak ada mawar yang tak berduri, dan tak ada manusia yang tak luput dari
kesalahan’’. Harapannya, semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaaat
bagi semua orang, terutama penulis. Sekian dan terima kasih.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Kata Pengantar
Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman,
telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh
yang besar. Benih siap dipanen apabila telah masak.
Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase pembuahan,fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar; dan setelah mencapai tingkat masak benih; berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan.
Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase pembuahan,fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar; dan setelah mencapai tingkat masak benih; berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan.
Tolak ukur yang umumnya dijadikan patokan untuk
menilai tingkat kemasakan benih adalah warna, bau, kekerasan kulit, rontoknya
buah (benih), pecahnya buah, kadar air dan lainnya.
Benih dikatakan masak secara fisiologis dan siap untuk dipanen, apabila zat makanan dari benih tersebut tidak lagi tergantung dari pohon induknya, yang umum ditandai dengan perubahan warna kulitnya. Waktu yang paling baik untuk pengumpulan benih adalah segera setelah benih itu masak. Masaknya buah (benih) umumnya terjadi secara musiman, walaupun cukup banyak juga jenis-jenis pohon yang menghasilkan buah masak tetapi tidak mengikuti musim yang jelas.
Pengumpulan buah/benih pohon yang umumnya dilakukan dengan cara; pengumpulan langsung di bawah tegakan yang telah merontokan buah-buah masak. Buah itu langsung diambil dan dikumpulkan dari pohon-pohon yang masih berdiri, atau dengan cara menebang pohonnya. Cara yang pertama adalah cara yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan. Menjelang benih-benih jatuh, tanah di bawah tegakan yang akan dijadikan sebagai sumber benih dibersihkan terlebih dahulu untuk memudahkan pengumpulannya. Cara yang umum dipakai untuk mendapatkan benih dalam jumlah besar dari tegakan benih adalah dengan pengumpulan langsung dari pohon-pohon yang berdiri, yang dapat dipanjat dengan bantuan beberapa peralatan.
Benih dikatakan masak secara fisiologis dan siap untuk dipanen, apabila zat makanan dari benih tersebut tidak lagi tergantung dari pohon induknya, yang umum ditandai dengan perubahan warna kulitnya. Waktu yang paling baik untuk pengumpulan benih adalah segera setelah benih itu masak. Masaknya buah (benih) umumnya terjadi secara musiman, walaupun cukup banyak juga jenis-jenis pohon yang menghasilkan buah masak tetapi tidak mengikuti musim yang jelas.
Pengumpulan buah/benih pohon yang umumnya dilakukan dengan cara; pengumpulan langsung di bawah tegakan yang telah merontokan buah-buah masak. Buah itu langsung diambil dan dikumpulkan dari pohon-pohon yang masih berdiri, atau dengan cara menebang pohonnya. Cara yang pertama adalah cara yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan. Menjelang benih-benih jatuh, tanah di bawah tegakan yang akan dijadikan sebagai sumber benih dibersihkan terlebih dahulu untuk memudahkan pengumpulannya. Cara yang umum dipakai untuk mendapatkan benih dalam jumlah besar dari tegakan benih adalah dengan pengumpulan langsung dari pohon-pohon yang berdiri, yang dapat dipanjat dengan bantuan beberapa peralatan.
Cara pengumpulan benih dengan cara memotong
cabang-cabang yang berbuah atau memotong tangkai pohonnya adalah cara yang
tidak dianjurkan, karena akan mengganggu kelestarian produksi benih itu sendiri.
Buah atau benih yang telah dikumpulkan/dipanen, dimasukan ke dalam tempat yang telah disediakan, kemudian diberi label, yang antara lain menjelaskan tentang nama jenis, tempat dan tanggal pengumpulan, nama pengumpul dan jumlahnya. Penanganan selanjutnya adalah pengangkutan, ekstraksi, pembersihan dan pengeringan, serta pengepakan dan pemberian label benih.
Buah atau benih yang telah dikumpulkan/dipanen, dimasukan ke dalam tempat yang telah disediakan, kemudian diberi label, yang antara lain menjelaskan tentang nama jenis, tempat dan tanggal pengumpulan, nama pengumpul dan jumlahnya. Penanganan selanjutnya adalah pengangkutan, ekstraksi, pembersihan dan pengeringan, serta pengepakan dan pemberian label benih.
1.2 Tujuan praktikum
-Mahasiswa
mampu membedakan biji dikotil dan monokotil serta memahami kompoen penyusun
masing- masing tipe biji
-Mahasiswa
mampu melakukan uji perkecambahan baku
dan dapat mengelompokkan benih atas
berkecambah (viable) normal, berkecambah tidak normal dan tidak
berkecambah (nonviable).
-Melatih
mahasiswa untuk melakukan pengujian uji
nilai indeks berkecambah secara mandiri dan menginterprestasikan data hasil
pengamatan yang didapatkannya.
-Melatih
mahasiswa untuk melakukan pengujian uji laju pertumbuhan kecambah secara
mandiri danmenginterprestasikan data
hasil pengamatan yang didapatkannya.
-Mahasiswa
dapat mengamati kaddar air benih
-Mahasiswa
mampu melakukan penentuan komponen kemurnian benih
-mahasiswa
mampu menggunakan hasil pengamatannya pada label benih
-Mahasiswa
dapat mwnggunakan tekhnik pewarnaan dengan TZ (Tetrazolium) untuk menentukan
benih
viable
dengan yang tidak.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Struktur Biji
Biji merupakan suatu organ penting
yang terbentuk pada tanaman yang fungsi utamanya untuk mempertahankan hidup
bagi tanaman tersebut,biji sebagai organisasi yang teratur rapi merupakan
tanaman mini yang mampu bertahan hidup dalam keadaan yang sangat extrim
misalnya dengan kadar air rendah, konsentrasi udara yang sangat rendah ataupun
suhu rendah atau yang sangat tinggi. Dalam perkembangan biji ditanaman induknya
terjadi penumpukan bahan-bahan kimia yang berguna untuk cadangan makanan pada
perkecambahan nantinya.
Berdasarkan tipe perkembangannya
maka biji yang masak mempunyai perbedaan susunan organ yang menyusunnya
sehingga dikenal dua tipe biji yaitu monokotil yang sering kita lihat pada tipe
rerumputan (cereal) dan dikotil yang sering kita lihat pada tipe
kacang-kacangan (legume). Tapi cereal dikenal mempunyai tiga komponen penyusun
yaitu kulit biji,endosperm,dan embrio, sedangkan type legume hanya mempunyai
dua komponen yaitu kulit biji dan embryo.
2.2 Tipe
Perkecambahan
Pengertian benih dan bibit dapat
berbeda dan dapat juga sama,namun pengertian bibit biasanya diberikan pada
tanaman yang masih muda yang makanannya masih bergantung kepada cadangan
makanan yang ada pada biji.di lapangan, biji yang dikecambahkan dan mengalami
pertumbuhan untuk menuju permukaan tanah. Berdasarkan letak kotiledone setelah
kecambah berada di permukaan tanah,maka dibedakan lah tipe perkecambahan
menjadi dua type yaitu epigeal dan hypogeal. Epigeal adalah tipe perkecambahan
dimana pada saat perkecambahan hypokotyl memanjang dan kotiledone terangkat
kepermukaan tanah, hypogeal adalah tipe perkecambahan dimana pada saat perkecambahan kotiledone
tetap berada dalam tanah, dan yang mnuju kepermukaan tanah adalah plumule.
2.3 Daya kecambah
(Viabilitas) Benih
Daya kecambah benih adalah suatu ukuran
kemampuan kelompok benih untuk berkecambah dqan menghasilkan bibit yang normal
pada kondisi yang menguntungkan jika benih tersebut tidak berada dalam keadaan
yang dormansi. Kondisi yang menguntungkan maksud nya jika semua persyaratan
terpenuhi, misalnya pada media perkecambahan tersedia air,oksigen,suhu memenuhi
syarat , dan cahaya tersedia jika dibutuhkan, secara otomatis daya kecambahbenih akan tercapai pada saat
masak fisiologis dan secara berangsur-angsur akan menurun sesuai dengan kondisi
lingkungan apalagi setelah benih dipisahkan (dipanen) dari tanaman
pengahasilnya. Terdapat banyak cara
untuk menguji daya kecambah suatu kelompok benih antara lain uji
kecambah baku, uji tetrazolium dan X-ray test. Masing-masing metoda tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga dalam penggunaan nya
harus diinterprestasikan dengan cara yang benar.
2.4 Kekuatan
kecambah (Vigor) Benih
Vigor
adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan
perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang
luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses
perkecambahan dan perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran
sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa
karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu lot benih yang antara
lain :
- Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah.
- Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan.
- Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan.
Secara ideal semua benih harus
memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi
lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi
tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai
“kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik
lapangan kurang menguntungkan (suboptimal). Vigor dapat dibedakan atas:
-Vigor
benih
-Vigor
kecambah
-Vigor
bibit
-Vigor
tanaman
Pada hakekatnya vigor benih harus
relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih bervigor tinggi akan dapat
dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan:
- Tahan disimpan lama
- Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
- Cepat dan pertumbuhannya merata
- Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam lingkungan tumbuh yang sub optimal
Rendahnya vigor dapat disebabkan:
1.Genetis
Ada
kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lignkungannya yang
kurang
menguntungkan,
ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.
2. Fisiologis
Kondisi fisiologis yang berpengaruh
adalah”immaturity” atau kekurang masakan benih saat panen dan kemunduran benih
selama penyimpanan
3. Morfologis
Contohnya, benih yang kecil
menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan
benih yang besar
4. Sitologis
Kemunduran benih yang disebabkan
oleh antara lain aberasi khromosom
5. Mekanis
Kerusakan
mekanis yang terjadi pada benih pada saat panen, prosesing ataupun penyimpanan
6. Mikrobia
Benih yang
memiliki vigor rendah berakibat:
- Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan
- Makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh
- Kecepatan berkecambah benih menurun
- Kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat
- Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
- Rendahnya produksi tanaman
2.5 Uji laju pertumbuhan Kecambah
Benih
atau kelompok benih pada saat berkecambah akan mengahasilkan radikal dam
plumule dengan panjang dan berat yang berbeda. Kecambah dengan akar dan plumule
yang lebih panjang atau lebih tinggi berat kering nya merupakan benih yang
dianggap mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi.
2.6 Sertifikasi Benih
Sertifikasi
benih adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh lembagasertifikasi
melalui pemeriksaan lapangan, pengujianlaboratorium dan
pengawasanserta memenuhi semuapersyaratan
untuk diedarkan, Sertifikasi
benih dilakukan oleh BPSP/PVT. Adapun dalam melakukan sertifikasi benih, semua
persyaratan mengenai areal sertifikasi, prosedur sertifikasi, dan pemeriksaan
lapangan diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Menteri Pertanian
RI, 2006). Dalam sertifikasi benih terdapat prinsip sertifikasi dan
standarisasi benih, dan uji BUSS. Hal ini dilakukan menjamin mutu benih
2.6.1
Tugas dan Fungsi sertifikasi Benih
1)
Mengadakan pemeriksaan lapang;
2)
Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih;
3)
Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih;
4)
Mengadakan Pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium;
5)
Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi;
6)
Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi;
7)
Mengadakan pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi untuk
penyempurnaan penerapan system sertifikasi benih;
8)
Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan kegiatan
sertifikasi.
2.6.2
Landasan Hukum dan Pedoman dalam Sertifikasi
Benih
- Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman;
- Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971 tentang Pembinaan, Pengawasan Pemasaran dan Sertifikasi Benih;
- Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 460/Kpts/Org/XI/1971, jo Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971;
- Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pertanian dan Tanaman Pangan Nomor SK.I.HK.050.84.68, tentang Prosedur Sertifkasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan SK No. I.HK.50.84.70, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi Benih;
- Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 803/Kpts/01.210/7/97, tentang Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina;
- Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1017/Kpts/TP.120/12/98, tentang Izin Produksi Benih Bina, Izin Pemasukan Benih dan Pengeluaran Benih Bina;
- Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-57, tentang Pedoman tata Cara dan Ketentuan Umum Sertifikasi Benih Bina;
- Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-58, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi untuk Perbanyakan Benih Tanaman Buah secara Vegetatif;
- Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 39/Permentan/OT.140/8/06, tentang Produksi Benih, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina;
- Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 28/Permentan/SR.120/3/07, tentang Produksi Benih, Kedelai;
- Diskripsi Jenis/Varietas yang diberikan oleh pemulia atau instansinya.
2.7 Kemurnian
Benih
Kemurniah benih
adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni,
benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari
ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk
menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang
mewakili lot benih.kemurnian benih sangat berpengaruh dilapangan. Karena
benih yang tidak murni dapat merugikan kita pada saat pembelian maupun pada
budidaya. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai
pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang
menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi
dalam pengujian.
Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA (International Seed Testing
Association), dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk
mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan)
jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah
dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup
pengujian mutu fisik fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana
mempersiapkan contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan
bagaimana melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian.
Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3
komponen sebagai berikut :
a) Benih
murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang
sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :
Ø Benih masak
utuh
Ø Benih yang
berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
Ø Benih yang
telah berkecambah sebelum diuji
Ø Pecahan/
potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya,
asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies
yang dimaksud
Ø Biji yang
terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
b) Benih tanaman lain, adalah jenis/
spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk
diuji.
c) Kotoran
benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh.
Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
Ø Benih dan bagian benih
Benih tanpa kulit benih
Benih yang
terlihat bukan benih sejati
- Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran
normal
Cangkang benih, Kulit benih
Ø Bahan lain
- Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun,
tangkai, dll.
2.8 Uji Tetrazolium
Uji
Tetrazolium merupakan cara pengujian viabilitas benih secara cepat dan bersifat
tidak langsung (Quick Test). Zat kimia yang digunakan adalah 2,3,5 Triphenyl
Tetrazolium Kloride (garam tetrazolium), zat ini dapat diserap oleh
benih. Dalam jaringan benih hidup, garam tetrazolium akan mengalami
reduksi secara enzimatik sehingga timbul senyawa formazan yang berwarna merah
cerah.
Reaksi tetrazolium akan sangat baik
apabila berada pada suhu udara sekitar 40 derajat celcius dan dalam larutan
dengan pH 7.
Dasar pertimbangan uji tetrazolium:
- Keterbatasan waktu
- Benih bersifat dorman
- Kepentingan riset
Kriteria pewarnaan:
- Merah cerah : jaringan masih hidup
- Merah jambu : jaringan sudah lemah
- Merah tua : jaringan rusak
- Tidak berwarna : jaringan sudah mati
Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup
akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan
membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih.
Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan
dengan respirasi .Kelebihan metode TZ meliputi waktu pengujian yang singkat,
sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta benih yang
mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian
tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang intensif,
bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau
mikroba lainnya dan bersifat merusak.
2.8.2
Kategori Benih Viabel dan Non Viabel dalam Uji TTZ
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam uji
TZ adalah evaluasi pola topografi perwarnaan untuk menentukan benih viable dan
non-viable.Paradigma ini diterima karena definisi viable (hidup) diartikan
hanya sebagai kemampuan benih tersebut untuk berkecambah, dan tidak menjadi
soal apakah berkecambah secara normal atau abnormal. Dengan paradigma demikian,
maka hasil uji TZ tidak diperkenankan menjadi data yang dicantumkan di label
benih karena akan memberikan kesalahan positif (yaitu persentase benih viable
yang lebih tinggi dibandingkan persentase daya berkecambah).
Akan tetapi, apabila ditelusuri dari berbagai
literatur internasional, maka akan diperoleh suatu kesimpulan bahwa paradigm
tersebut di atas kurang tepat. ISTA sebagai organisasi pengujian benih
internasional yang diakui kredibilitas dan metodenya digunakan di seluruh dunia
mendefinisikan benih viable benih yang memperlihatkan potensi untuk menjadi
kecambah normal, sedangkan benih non-viable adalah terdiri dari benih
yang berkembang secara abnormal baik pada embrio maupun pada
struktur penting lainnya dan menunjukkan jaringan yang mati.
BAB
3
BAHAN
dan METODE
3.1 Waktu dan Tempat3.1.1 Waktu
-Hari Kamis Pukul 13.00 WIB
3.1.2 Tempat
-Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
3.2 BAHAN dan ALAT
3.2.1 Struktur Biji
-Benih padi, jagung,kacang tanah,dan/atau kedelai
-Aquadestilate
-Pisau silet atau Cutter
-Loop (Kaca Pembesar)
-Buku ganbar dan Pensil Warna
-Kertas Tissue
3.2.2 Type Perkecambahan
3.2.2.1 Bahan
-Benih jagung dan Kedelai
-Aquadestilate
-Media berupa tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1
3.2.2.2 Alat
- Seedbed
-Buku Gambar dan pensil Warna
3.2.3 Daya Kecambah
3.2.3.1 Bahan
-Benih Padi,jagung,atau kedelai
-kertas Stensil
-Aquadestilate
3.2.3.2 Alat
-Germinator gelap
3.2.4 Kekuatan Kecambah (Vigor) benih
3.2.4.1 Bahan
-Benih padi,jagung,atau kedelai
-kertas stensil
- Aquadestilate
3.2.4.2 Alat
- Germinator gelap
3.2.5 Uji laju pertumbuhan kecambah
3.2.5.1 Bahan
-benih padi, jagung, atau kedelai
-kertas Koran
- amplop ukuran 10 x 15 cm
3.2.5.2 Alat
-Oven yang dapat diatur suhunya
-Timbangan analitis
- mistar dengan ketepatan millimeter
- cutter atau pisau silet
- kaleng susu bubuk bekas
3.2.6 Sertifikasi Benih
3.2.6.1 Bahan
- Biji padi, jagung, atau kedelai
- amplop kecil tempat mengeringkan biji di dalam oven
3.2.6.2 Alat
- oven untuk mengeringkan biji
-timbangan analitis
-exicator
-Cawan timbang (weighing pan)
3.2.7 Kemurnian Benih
3.2.7.1 Bahan
- Benih tanaman yang telah diproses setelah panen
- amplop kecil tempat menyimpan komponen yang telah dipisahkan
3.2.7.2 Alat
- Pinset
- Timbangan analitis
- Cawan timbang (weighing pan)
3.2.8 Uji Tetrazolium
3.2.8.1 Bahan
- Benih jagung dan kedelai
-Larutan Tetrazolium 1 %
- Aquadestilate
3.2.8.2 Alat
- Oven atau incubator yang dapat diatur suhunya sampai 35 °C
- Beakerglass kapasitas 100 ml atau gelas plastic aqua untuk wadah pewarnaan
- pisau cutter atau sejenisnya
- timbangan analitik untuk menimbang TZ yang akan dipakai untuk pambuatan larutan TZ 1 %.
3.3 PROSEDUR kerja
3.3.1 Struktur biji
1. biji yang telah dipersiapkan direndam dalam air aquades selama 1-2 jam
2. setelah dikeluarkan dari air rendaman, biji dikeringkan dengan tissue
3. gambar mrfologi luarnya
4. benihpadi atau jagung dipotong membujur melewati embrio nya, amati secara visual dan buat
gambar bagian-bagiannya
5.benih kacang tanah dan kedelai dipotong melintang dan digambar bagian-bagiannya.
3.3.2 Tipe perkecambahan
1. isikan campuran media kedalam seedbed sebanyak ¾ bahagian tingginya
2. tanam masing-masing benih dalam seedbed dengan kedalaman 3 cm
3. seedbed yang telah ditanami benih disiram secukupnya
4. amati pertumbuhan kecambah pada hari ketujuh setelah tanam
3.3.3 Daya Kecambah (Viabilitas) benih
1. basahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 50 buah benih yang akan diuji
2. susun biji dalam lima baris masing-masing 10 biji perbaris dengan jarak yang sama menurut
panjang kertas.
3.tutup biji dengan selembar kertas stensil yang sudah dibasahi, bijinya ditekan sedikit dan
pinggir kertas dilipat kira-kira 1,5 cm kearah dalam.
4. gulung kertas berisi benih tadi menjadi 4 bagian
5. buatlah masing-masing 2 atau 4 ulangan untuk setiap praktikum
6. letakkan gulungan kertas berisi benih germinator secara mandatar pada rak perkeambahan
7. pada hari ketiga (kedelai) atau kelima (jagung dan padi) setelah dikecambahkan, gulungan
dibuka, dipisahkan benih yang berkecambah normal dan dihitung jumlahnya.hasil pengamatan
ini digunakan untuk menenukan nilai uji hitung pertama yang merupakan salah satu indicator
vigor benih.
8. kemudian kertas ditutup dan digulung kembali seperti semula.
9. pengamatan berikutnya dilakukan 2 hari sekali sampai dengan hari ke 7
3.3.4 kekuatan kecambah (Vigor) benih
1. basahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 50 buah yang akan diuji
2. susun biji dalam lima baris masing-masing 10 biji perbaris dengan jarak yang sama menurut
panjang kertas
3.tutup biji dengan selembar kertas stensil yang sudah dibasahi,biji-biji ditekan sedikit dan
pinggir kertas dilipat kira-kira 1,5 cm kearah dalam
4.gulung kertas yang berisi benih tadi menjadi 4 bahagian
5. buatlah masing-masing 4 ulangan
6. letakkan gulungan kertas berisi benih kedalam germinator secara mendatar pada rak
perkecambahan.
7.mulai hari ketiga lakukan setiap hari pengamatan yaitu dihitung jumlah benih yang
berkecambah normal dan dikeluarkan dari media.
8.pada hari ketiga setelah dikecambahkan,gulungan dibuka,dipisahkan biji yang berkecambah
normal dan dihitung jumlahnya. Kemudian kertas ditutup dan digulung kembali dan dimasukkan
kedalam germinator. Pengamatan ini diulangi sampai hari ketujuh.
3.3.5 Uji laju pertumbuhan kecambah
1 .lipat kertas stensil menjadi dua bagian yang tidak sama (1/3 dan 2/3 bahagian menurut lebar
kertas)
2.basahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 15 buah benih yang akan diuji
3.susun biji dalam satu baris dengan jarak yang sama menurut panjang kertas dimana bahagian
radical diarahkan kebagian 2/3 lebar.
4.tutup biji dengan selembar kertas stensil yang sudah dibasahi, biji-biji ditekan sedikit dan
pinggir kertas kira-kira 1,5 cm kearah dalam
5.gulung kertas berisi benih tadi menjadi 4 bahagian
6.masukkan gulungan kertas berisi biji kedalam kaleng susu sebanyak 8 gulung perkaleng.
Dimana bahagian yang 1/3 bahagian mengarah keatas secara vertical.
7.letakkan kaleng pada germinator secara vertical.
8.pada hari ketujuh setelah dikecambahkan,gulungan dibuka dan dihitung benih yang
berkecambah normal,abnormal, dan yang tidak berkecambah
9. benih yang berkecambah normal diukur radikal dan plumule nya dan diambil rata-ratanya
10. benih normal,dengan menggunakan cuttar atau pisau silet.pisahkan akar dan plumule nya
pada batas melekatnya pada sisa biji sedangkan pada kedelai dibuang kotiledonnya
11.masukkan akar dan plumule kedalam amplop yang berbeda setiap gulungan
12. amplop yang berisi akar dan plumule tersebut diletakkan pada oven dengan suhu 85 °C
selama 2 x 24 jam.
13.timbang berat kering akar dan plumule dan catatkan ke table pengamatan.
3.3.6 Sertifikasi Benih
1.ambil secara random benih dari kantong penyimpanan
2.biji tadi dimasukkak kedalam cawan timbang,timbang beratnya dan ini dikatakan sebagai berat
basah.
3.biji yang telah ditimbang berat basahnya ini dimasukkan kedalam amplop
4.amplop berisi biji dimasukkan kedalam oven yang telah diatur suhunya 70°C dan dikeringkan
selama 48 jam.
5.amplop berisi biji dimasukkan kedalam exicator selama 30 menit untuk menstabilkan beratnya.
6.timbang berat biji kedalam cawan timbang ini dijadikan sebagai berat kering.
3.3.7 Kemurnian Benih
1.ambil secara random satu sample dengan jumlah yang ditentukan sesuai jenis benih,biji kecil
biasanya 20 gram dan biji besar 50 gram.
2.pisahkan komponen benih murni,benih tanaman lain, benih rerumputan dan kotoran benih
dengan mempedomani kriterianya seperti table berikut
No
|
Komponen
|
Kriteria
|
1 |
Benih Murni |
A.benih
varietas yang diuji
B.benih
tanaman satu spesies
C.ukuran
utuh atau lebih dari ¾ ukuran asli
|
2 |
Benih Tanaman Lain |
Biji tanaman selain spesies yang diuji |
3 |
Benih Rerumputan |
Biji rerumputan yang ada,termasuk biji noxios weed |
4 |
Kotoran Benih |
A.biji
hampa
B.tangkai
benih atau sisa tanaman lain
C.
batu,pasir,debu,dan kulmulan tanah
D.
benih berukuran kecil dari ¾ ukuran asli
|
4.jauhkan berat masing-masing komponen untuk mendapatkan berat total
3.3.8.1 persiapan larutan tetrazolium dengan konsentrasi 1 %
1.timbang TZ sebanyak 500 mg dengan timbangan analitik
2.siapkan wadah berupa beaker glass berisi 500 ml air aquadestilate
3.masukkan TZ yang sudah ditimbang dan aduk secara perlahan
3.3.8.2 Penyiapan Benih
1.Benih terlebih dahulu dilembabkan pada media kertas selama 12 jam
2. benih jagung dipotong memanjang mengenai emrio nya
3.benih kedelai dapat juga dibuang kulit bijinya
3.3.8.3 Pelaksanaan pewarnaan dan pengamatan
1. Seratus ( 100 ) biji yang sudah lembab hasil perendaman yang ditutup dengan kertas
dimasukka kedalam wadah pewarnaan.
2.masukkan larutan TZ 1 % secukupnya (lk 60 ml)
3.masukkan wadah tersebut selama 2 jam
4.keluarkan wadah dan basuh dengan aquadestilate beberapa kali.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Daya kecambah (Viabilitas)
benih
NO
|
Kecambah hari ke 3
|
Kecambah hari ke 7
|
Kecambah abnormal
|
Benih mati
|
Nilai UHP
|
Nilai SGT
|
1
|
50
|
50
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.1.2 Kekuatan kecambah (Vigor) Benih
Hari ke
|
Sampel 1
|
Sampel 2
|
Rata-Rata
|
3
|
50
|
50
|
50
|
4
|
50
|
50
|
50
|
5
|
50
|
50
|
50
|
6
|
50
|
49
|
49,5
|
7
|
50
|
49
|
49,5
|
8
|
49
|
48
|
48,5
|
Nilai IVT
|
9,06
|
8,96
|
|
4.1.3 Uji laju pertumbuhan kecambah
Sample 1
NO
|
Panjang akar
|
Panjang plumule
|
Berat kecambah
|
Jumlah kecambah
|
1
|
4
|
5
|
12,73
|
15
|
2
|
10
|
7
|
12,73
|
15
|
3
|
11,5
|
7,5
|
12,73
|
15
|
4
|
16
|
10
|
12,73
|
15
|
5
|
17
|
10
|
12,73
|
15
|
6
|
17
|
7
|
12,73
|
15
|
7
|
14
|
7
|
12,73
|
15
|
8
|
15
|
11
|
12,73
|
15
|
9
|
16
|
9
|
12,73
|
15
|
10
|
17
|
7
|
12,73
|
15
|
11
|
15
|
12
|
12,73
|
15
|
12
|
16
|
10
|
12,73
|
15
|
13
|
13
|
7,5
|
12,73
|
15
|
14
|
13
|
5,5
|
12,73
|
15
|
15
|
14
|
10
|
12,73
|
15
|
|
|
|
|
|
Sample 2
NO
|
Panjang akar
|
Panjang plumule
|
Berat kecambah
|
Jumlah kecambah
|
1
|
7
|
14
|
11,31
|
15
|
2
|
7,5
|
12
|
11,31
|
15
|
3
|
5,5
|
16
|
11,31
|
15
|
4
|
8,5
|
16,5
|
11,31
|
15
|
5
|
5
|
12
|
11,31
|
15
|
6
|
9,5
|
18
|
11,31
|
15
|
7
|
9
|
15,5
|
11,31
|
15
|
8
|
7,5
|
13
|
11,31
|
15
|
9
|
8
|
11,5
|
11,31
|
15
|
10
|
6
|
12,5
|
11,31
|
15
|
11
|
6
|
15
|
11,31
|
15
|
12
|
8
|
16,5
|
11,31
|
15
|
13
|
9,5
|
15
|
11,31
|
15
|
14
|
9
|
11
|
11,31
|
15
|
15
|
11
|
7
|
11,31
|
15
|
Nomor
|
Berat basah (g)
|
Berat kering (g)
|
Kadar air (%)
|
RSGT 1 |
12,73
|
1,40
|
88,93
|
RSGT 2 |
11,31
|
1,35
|
88,06
|
Rata-rata |
|
|
|
4.1.5 Kemurnian Benih
Nomor |
Komponen |
Berat (g) |
Persen Komponen (%) |
1
|
Benih murni |
62 gram
|
96,53 %
|
2
|
Benih tanaman lain |
1,37 gram
|
2,13 %
|
3
|
Benih rerumputan |
0,16 gram
|
0,25 %
|
4
|
Kotoran benih |
0,70 gram
|
1,09 %
|
Total
|
64,23 gram
|
100 %
|
4.1.6 Uji tetrazolium
Nomor
|
Jumlah biji dikecambahkan
|
Jumlah embryo merah pekat
|
Jumlah embrio merah muda
|
Jumlah tak berwarna
|
1
|
53
|
13
|
23
|
13
|
Viabilitas
|
24,52 %
|
43,39 %
|
24,52 %
|
4.2.1 Daya kecambah (Viabilitas) benih
Benih yang sudah
dibungkus dengan menggunakan kertas stensil dan dimasukkan kedalam exicator
tersebut mampu melakukan perkecambahan dengan baik dan normal,pada saat
pengamatan dilakukan, benih sudah mulai berkecambah serta plumule dan radikal
nya sudah kelihatan,hal ini dikarenakan kelembaban yang terjaga serta kertas
stensil yang dapat menyimpan air selalu memberi cadangan air ketika benih
tersebut mulai kekurangan air.
4.2.2 Kekuatan (Vigor) Benih
Pada
sample 1 kita lihat perkembangan perkecambahan benih cukup baik hingga hari ke
7 , namun pada hari kedelapan dilihat 1 benih mati dan berjamur,hal ini
dikarenakan tidak meratanya penyiraman dan ketersediaan air pada benih
tersebut, oleh karena itulah benih tersebut nihBerjamur dan pada akhir nya
mati, dan pada sample ke 2 kita melihat perkembangan benih juga cukup baik
sampai hari ke 5 dan pada hari berikutnya mulai berkurang lagi karena kematian
benih yang ditemukan sudah terdapat jamur.
4.2.3 Uji Laju Pertumbuhan
Kecambah
Benih
yang berkecambah menghasilkan plumule dan radikal yang berbeda-beda, dan benih
yang memiliki radikal dan plumule yang panjang dikatakan sebagai benih yang
mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi,dan pada table kita dapat melihat bahwa
tidak semua benih memiliki radikal dan plumule yang panjang, artinya benih yang
memiliki radiks dan plumule yang kurang panjang tersebut dikatakan sebagai
benih yang kurang mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi.pada sample 1 berat
keseluruhan benih yang sudah berkecambah adalah 12,73 gram sedangkan pada
sample 2 berat benih yang sudah berkecambah adalah 11,31 gram,jadi benih yang
berada pada sample 1 lebih mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi dibandingkan
benih yang berada pada sample 2. Laju pertumbuhan kecambah dapat dipengaruhi
oleh factor dalam yaitu tingkat kemasaman benih,ukuran benih, dormansi, dan
penghambat perkecambahan,serta factor luar yaitu air,tempratur,oksigen,dan
cahaya.
4.2.4 Sertifikasi benih
Pada
uji RSGT 1 kita dapat berat basah keseluruhan benih yang berada didalam
exicator yang sudah dibungkus oleh kertas stensil tersebut sebesar 12,73 gram
dan setelah dimasukkan kedalam oven dengan suhu 70ºC selama 48 jam berat benih
tinggal 1,40 gram,jadi kandungan air didalam benih tersebut sebanyak 88,93%,
hasil tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus KA=Berat basah-Berat
kering/Berat basah X 100%, dan begitu juga pada sample yang kedua didapatkan
hasil berat basah benih seberat 11,31 gram dan setelah dimasukkan kedalam oven
selama 48 jam maka didapatkan hasil berat kering seberat 1,35 gram, jadi
kandungan air didalam benih pada sample 2 tersebut adalah sebesar 88,06%.
4.2.5 Kemurnian Benih
Dari
table hasil pengamatan dan perhitungan kemurnian benih didapatkan hasil benih
murni sebanyak 62 gram,benih tanaman lain 1,37 gram, benih rerumputan 0,16
gram, kotoran benih 0,70 gram, dan total seluruh nya adalah 64,23 gram, dan
persentase dari benih murni adalah 96,53 %, benih tanaman lain 2,13 %,benih
rerumputan 0,25 %, dan kotoran benih 1,09 %.
4.2.6 Uji tetrazolium
Uji
tetrazolium ini didasarkan oleh aktifitas enzim dehidrogenase yang berperan
dalam proses respirasi, dan pada praktikum jumlah biji yang dikecambahkan
adalah sebanyak 53, dan jumlah embryo merah pekat adalah sebanyak 13, jumlah
embryo merah muda sebanyak 23, dan jumlah yang tidak berwarna sebanyak 13, dan
viabilitas embryo merah pekat adalah 24,25 %, dan embryo merah muda adalah
43,39 %, dan persentase yang tidak berwarna adalah 24,52 %, untuk mencari
viabilitas kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut
Viabilitas=Jmlh biji warna
merah/jmlh biji yg diperlukan X 100 %
|
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
-Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses
seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar. - Berdasarkan tipe perkembangannya maka biji yang masak mempunyai perbedaan susunan organ yang menyusunnya sehingga dikenal dua tipe biji yaitu monokotil yang sering kita lihat pada tipe rerumputan (cereal) dan dikotil yang sering kita lihat pada tipe kacang-kacangan (legume)
-Daya
kecambah benih adalah suatu ukuran kemampuan kelompok benih untuk berkecambah
dqan menghasilkan bibit yang normal pada kondisi yang menguntungkan jika benih
tersebut tidak berada dalam keadaan yang dormansi.
-Vigor adalah sejumlah sifat-sifat
benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan
seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas
-Sertifikasi benih
adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh lembagasertifikasi
melalui pemeriksaan lapangan, pengujianlaboratorium dan
pengawasanserta memenuhi semuapersyaratan
untuk diedarkan
-Kemurniah benih adalah pengujian yang
dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan
kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih
tersebut.
-Prinsip
metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari
suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah, sedangkan
sel-sel mati akan berwarna putih
5.2
SARAN
-Sebaiknya ketersediaan benih yang ada di
laboratorium ditingkatkan lagi,serta di tambah lagi jenis benih yang akan
dipraktikumkan, ada baiknya apabila mahasiswa melakukan praktikum pada benih
yang masih jarang dikenal dan dibudidayakan oleh para petani maupun pakar
nya,karena benih padi,jagung dan kedelai sudah sangat sering dilihat oleh tiap
mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar