LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM NUTRISI TANAMAN
“Komoditi Jagung”
ARI LUBERIUS
1006134195
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan Karunia nya lah sehingga kita masih diberikan nikmat
berupa kesehatan dan kesempatan khususnya kepada penulis pribadi, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktikum Nutrisi Tanaman ini, Semoga apa yang diberikan
dapat berguna dalam menentukan penulis ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
nanti.
Di samping itu juga, penulis menyadari dengan sepenuh hati
bahwa dalam penulisan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan laporan – laporan praktikum kedepannya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kata – kata yang
tak berkenang hati. Karena seperti kata pepatah: ‘’ tak ada gading yang tak
retak, tak ada mawar yang tak berduri, dan tak ada manusia yang tak luput dari
kesalahan’’. Harapannya, semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaaat
bagi semua orang, terutama penulis. Sekian dan terima kasih.
Pekanbaru, Mei 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman
pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat
utama di Amerika Tengah dan Selatan,
jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara)
juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).
Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika
juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi
diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah
(Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000
tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan
(Ekuador)
sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang
lalu ,Kajian filogenetik
menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan
keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam
proses domestikasinya,
yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk
gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana.
Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies
dalam genus Zea,
kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung
merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di
alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun
dirakit melalui pemuliaan tanaman.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.
Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum
bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Bunga betina jagung berupa
"tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan
"rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Jagung
termasuk tanaman bijinya berkeping tunggal monokotil,
jagung tergolong berakar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 meter. Pada tanaman yang sudah cukup
dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu
menyangga tegaknya tanaman.
Batang
jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat
sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah
daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya
memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu
tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung
memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi
oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku,
di antara batang dan pelepah daun.
Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan
lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya (protandri).
ciri-ciri:
- panjang
- berisi
- ada buahya
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum
Nutrisi Tanaman ini adalah:
1)
Untuk mengetahui
Cara budidaya Jagung Pada Media Tanah Pasir
2)
Untuk
Mengetahui Cara Merawat tanaman
jagung,
3)
Untuk Memastikan
bawang tanaman jagung Merupakan Tanaman Yang Dapat Tumbuh dimana saja.
4)
Untuk
mengetahui gejala kekurangan unsur hara pada komoditi jagung
5)
Untuk
mengetahui kandungan air didalam tubuh tanaman jagung dengan menggunakan
tekhnik berat kering
6)
Untuk
membandingkan pertumbuhan tanaman jagung yang diberi pupuk dengan tanaman
jagung yang tidak diberi pupuk
1.3 Alat dan Bahan
v Polibag
v Pasir
v Sekop
v Benih jagung
v Pupuk
v Air
v Penggaris
v Amplop
v Oven
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Tanah Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya
berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon
dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Pasir tidak dapat di tumbuhi oleh
tanaman, karena rongga-rongganya yang besar-besar.
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk
menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika
digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan
proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase
media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan
sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori
makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan.
Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil
sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang
menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir sebagai media tanam sering
dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil,
batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman. Pasir
pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk :gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci :erlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat ,enyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis)
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk :gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci :erlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat ,enyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis)
2.2 Tanaman Jagung
Tanaman
jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan
pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat
diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop
corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng,
margarin, dan formula makanan. Pati jagung dapat digunakan sebagai bahan baku
industri farmasi dan makanan seperti es krim, kue, dan minuman.
Karena cukup
beragamnya kegunaan dan hasil olahan produksi tanaman jagung tersebut diatas,
dan termasuk sebagai komoditi tanaman pangan yang penting, maka perlu
ditingkatkan produksinya secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan
/berkelanjutan.
SYARAT PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
Curah hujan
ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan
atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal.
Suhu optimum
antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan
tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi
optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan
tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %,
sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian
antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG
A. Syarat Benih Jagung
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan
fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih +
20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis
2-4 cc/lt air semalam).
B. Pengolahan Tanah
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa
tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian
dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam
15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang
barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm.
Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya
jelek. Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha)
dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum
tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan
pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.
C. Pemupukan
Takaran per hektar pupuk kandang 2 ton, urea 300 kg, SP36
150 kg, KCl 75 kg. Pupuk urea diberikan 2 kali, masing-masing 1/2 bagian pada
saat tanaman berumur 18 hari dan 35 hari. Sedangkan pupuk kandang, SP36 dan KCl
diberikan seluruhnya pada saat tanam.
D. Penanaman Jagung
Waktu tanam · Sebaiknya
musim penghujan.
Penentuan Pola Tanaman
Jagung
Beberapa pola tanam yang
biasa diterapkan :
- Tumpang
sari ( intercropping ),melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang
sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
- Tumpang gilir (
Multiple Cropping ),dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh:
jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
- Tanaman
Bersisipan ( Relay Cropping ),pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa
jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu
yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang
panen disisipkan kacang panjang.
- Tanaman Campuran (
Mixed Cropping ), penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur
jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi
riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti
jagung, kedelai, ubi kayu.
E.LUBANG
TANAM dan CARA TANAM TANAMAN JAGUNG
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang
hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya,
semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih
100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung
berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang).
- Penjarangan dan
Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau
atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara
langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan
dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak
tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih
serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
- Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada
tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu
dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur
tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah
tanaman berumur 15 hari.
- Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk
memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang
bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat
tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah
kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di
barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
- Pengairan dan
Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya,
kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu.
Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga
perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
F.Hama dan Penyakit Tanaman Jagung
1. Hama
a. Lalat bibit
(Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang
terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan
tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna
lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat
kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2)
tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4)
semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan
tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang
masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon;
Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek
buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau
pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di
dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.
2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy
mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica
serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan
udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku,
pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan
spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan,
daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3)
pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam
dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman
terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO
b. Penyakit bercak daun
(Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada
daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna
coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun,
semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat
kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh
permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2)
mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora
Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda
berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning
kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1)
mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi
kebun; (4) semprot dengan GLIO.
d. Penyakit gosong
bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae
(Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke
dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar
(gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.
Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar;
(3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .
e. Penyakit busuk tongkol
dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain
Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung
berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat
sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam,
mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.
Catatan
: Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum
mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan
pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan
Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Panen dan Pasca Panen Jagung
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur
(jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol
1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras
jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar
tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas
saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air
dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan
sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin
pengering.
5. Pemipilan
Setelah kering dipipil
dengan tangan atau alat pemipil jagung.
6. Penyortiran dan
Penggolongan
Biji-biji
jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa
tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk
menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan
kualitas panenan.
2.3 UNSUR HARA N-P-K
FUNGSI UNSUR HARA MAKRO (N-P-K)
Banyak para hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja atau dewasa/indukan. Berikut ini adalah fungsi-fungsi masing-masing unsur tersebut :Nitrogen(N)
-Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
-Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
-Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
-Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
-Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
Fosfor(P)
-Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
-Merangsang pembungaan dan pembuahan
-Merangsang pertumbuhan akar
-Merangsang pembentukan biji
-Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
-Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )
Kalium(K)
-Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
-Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
-Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
-Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
-Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )
Kalium(K)
-Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
-Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
-Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
Di dalam dunia pertanian
khususnya padi sawah, pemerintah telah mengeluarkan produk pupuk NPK. Produk
ini yang dikenal dan diperkenalkan kepada para petani adalah NPK Kujang ( 30 6
8 ) dan NPK ponska ( 15 15 15 ), di samping pupuk NPK yang lain.
Pemerintah ingin agar petani tak
selalu tergantung pada pupuk tunggal seperti urea, tsp dan KCL. Maka
direkayasalah pupuk yang mengandung unsur makro tsb. Di samping itu, pemerintah
ingin terjadi pemakaian pupuk yang berimbang di kalangan petani. Karena selama
ini pemahaman petani yang belum mengerti, yang dikatakan pemupukan adalah
memakai urea dan sedikit pupuk lainnya.
Untuk pupuk NPK kujang selain
mengandung unsur makro N P dan K, setelah saya baca situs pupuk kujang, di
dalam pupuk NPK terdapat pengayaan pupuk organik. Untuk NPK ponska sendiri,
disamping mengandung unsur N, P dan K juga terdapat unsur S.
Pupuk NPK
Pupuk NPK adalah pupuk majemuk.
Yang dimaksud pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung minimal 2 unsur hara
makro seperti hara N, P atau K. Tetapi karena ini pupuk NPK maka unsur hara
makronya ada 3 jenis.
Setiap pupuk NPK yang ada di
pasaran adalah sama secara unsur hara makronya, yang membedakannya adalah %
kandungan haranya. Seperti NPK kujang dan NPK ponska, kedua pupuk NPK ini sama
secara unsur hara makro, ada N,P dan K nya. Cuma % kandungannya berbeda.
Untuk NPK kujang 30 6 8,
sedangkan NPK ponska 15 15 15. Dengan mengetahui % kandungan haranya kita dapat
membuat perhitungan kebutuhan pupuk suatu tanaman. Demikian juga dengan pupuk
NPK lainya seperti
NPK mutiara 16 16 16
NPK kuda laut 15 7 8
NPK pelangi 20 10 10
NPK mahkota 15 15 6 atau 12 12 17 dll
Dengan mengetahui kadar hara
pada pupuk NPK, kita bisa meracik kebutuhan hara suatu tanaman. Bila ada yang
menggunakan pupuk tunggal sebagai pupuknya maka dengan pemahaman ini bisa kita
konversi ke dalam pupuk NPK.
Sebagai contoh kebutuhan pupuk
padi adalah 250 kg urea, 100 kg TSP dan 100 kg KCL. Maka kita dapat
menghitungnya dalam bentuk NPK apasaja, baru setelah itu kalau ada
kekurangannya kita gunakan pupuk tunggal kembali cuma dosisnya berkurang.
Tetapi ada juga pabrik yang
membuat pupuk NPK untuk tanaman tertentu seperti tanaman kelapa sawit atau
perkebunan2 tertentu dengan kadar NPK yang spesifik. Untuk NPK model ini
biasanya jarang ada di pasaran.
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tinggi Tanaman
NO
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
P1
|
13 cm
|
19,5 cm
|
21 Cm
|
23 cm
|
30cm
|
P2
|
19 cm
|
30 cm
|
30 Cm
|
30 cm
|
30 cm
|
P3
|
19 cm
|
26 cm
|
27 Cm
|
28 cm
|
27 cm
|
P4
|
20,5 cm
|
27 cm
|
28 Cm
|
29 cm
|
29 cm
|
P5
|
9 cm
|
20 cm
|
24 Cm
|
27 cm
|
27 cm
|
P6
|
7,5 cm
|
21 cm
|
24 Cm
|
27 cm
|
28 cm
|
P7
|
17 cm
|
27 cm
|
28 Cm
|
28 cm
|
29 cm
|
P8
|
16 cm
|
23 cm
|
25 Cm
|
28 cm
|
28 cm
|
P9
|
18 cm
|
28 cm
|
32 Cm
|
35 cm
|
36 cm
|
P10
|
11 cm
|
25 cm
|
27 cm
|
35 cm
|
34 cm
|
P11
|
27 cm
|
45 cm
|
47 Cm
|
55 cm
|
60 cm
|
P12
|
19 cm
|
27 cm
|
27 Cm
|
27 cm
|
27 cm
|
P13
|
26 cm
|
49 cm
|
52 Cm
|
55 cm
|
56 cm
|
P14
|
21 cm
|
37 cm
|
40 Cm
|
42 cm
|
44 cm
|
P15
|
9 cm
|
9 cm
|
Mati
|
mati
|
Mati
|
P16
|
2 cm
|
23 cm
|
28 cm
|
35 cm
|
46 cm
|
3.1.2 Jumlah Daun
NO
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
P1
|
4
|
4
|
4
|
5
|
6
|
P2
|
4
|
4
|
5
|
6
|
6
|
P3
|
4
|
4
|
4
|
6
|
6
|
P4
|
4
|
5
|
5
|
6
|
6
|
P5
|
3
|
4
|
4
|
5
|
5
|
P6
|
3
|
3
|
4
|
5
|
6
|
P7
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
P8
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
P9
|
4
|
4
|
5
|
7
|
6
|
P10
|
3
|
4
|
5
|
6
|
6
|
P11
|
4
|
5
|
6
|
6
|
7
|
P12
|
4
|
5
|
5
|
6
|
6
|
P13
|
5
|
6
|
7
|
8
|
7
|
P14
|
4
|
5
|
7
|
7
|
7
|
P15
|
2
|
2
|
Mati
|
Mati
|
Mati
|
P16
|
4
|
5
|
6
|
7
|
7
|
3.1.3 Berat Basah
NO
|
AKAR
|
BATANG
|
P1
|
0,35 gr
|
1,87 gr
|
P2
|
0,11 gr
|
1,00 gr
|
P3
|
0,40 gr
|
0,51 gr
|
P4
|
0,39 gr
|
0,28 gr
|
P5
|
0,59 gr
|
1,23 gr
|
P6
|
0,37 gr
|
0,83 gr
|
P7
|
0,21 gr
|
0,11 gr
|
P8
|
0,35 gr
|
0,51 gr
|
P9
|
0,34 gr
|
1,34 gr
|
P10
|
0,33 gr
|
1,14 gr
|
P11
|
0,64 gr
|
7,58 gr
|
P12
|
0,64 gr
|
0,82 gr
|
P13
|
0,94 gr
|
5,42 gr
|
P14
|
0,23 gr
|
1,60 gr
|
P15
|
-
|
-
|
P16
|
0,83 gr
|
6,00 gr
|
3.1.4 Berat Kering
NO
|
AKAR
|
BATANG
|
P1
|
0,12 gr
|
0,25 gr
|
P2
|
0,03 gr
|
0,21 gr
|
P3
|
0,12 gr
|
0,20 gr
|
P4
|
0,14 gr
|
0,22 gr
|
P5
|
0,15 gr
|
0,17 gr
|
P6
|
0,10 gr
|
0,18 gr
|
P7
|
0,09 gr
|
0,08 gr
|
P8
|
0,08 gr
|
0,12 gr
|
P9
|
0,11 gr
|
0,24 gr
|
P10
|
0,06 gr
|
0,22 gr
|
P11
|
0,14 gr
|
1,09 gr
|
P12
|
0,22 gr
|
0,22 gr
|
P13
|
0,16 gr
|
0,95 gr
|
P14
|
0,06 gr
|
0,41 gr
|
P15
|
-
|
-
|
P16
|
0,15 gr
|
0,82 gr
|
3.2.Pembahasan
v Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman Diukur dengan menggunakan penggaris, ada pun
tinggi tanaman tersebut bermacam-macam menurut keungulan cepat pertumbuhan
tanaman tersebut
v Jumlah Daun
Jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daunnya.Jumlah daun
bermacam-macam tergantung bagaimana tanaman tersebut beradaptasi dengan
lingkungan yang baru.
v Berat Basah dan Kering
Dilakukan dengan
cara mencabut tanaman jagung tersebut dari polibag secara hati-hati agar akar
nya tidak ada yang tertinggal didalam tanah, karena akar nya juga akan
ditimbang berat kering dan berat basah nya,stelah tanaman jagung sudah dicabut
lalu gunting atau pisahkan bagian akar dan bagian batang jagung tersebut dan
masukkan kedalam amplop yang sebelumnya sudah disediakan untuk wadah akar/batang
tanaman jagung yang akan ditimbang berat
kering dan berat basah nya,selanjutnya bagian tanaman jagung tersebut
dimasukkan kedalam amplop dan dimasukkan kedalam oven selama 2 x 24 jam dengan
suhu C .
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
v Media pasir tidak mengandung unsur hara, pasir
digunakan dalam media hanya sebagai palancar lewat nya air serta pelancar
sirkulasi udara dalam tanah.
v Media tanam mempengaruhi
pertumbuhan tanaman jagung .
v Media control 1
dan 2 yang tidak diberi pupuk memberikan hasil pertumbuhan tanaman jagung yang
kurang berkembang dan kurang subur, jadi faktor pemupukan sangat dibutuhkan
didalam perkembangan suatu tanaman,
v Dalam polibag
yang tidak diberikan salah satu unsur hara makro tersebut akan menunjukkan
gejala kekurangan unsur hara tersebut
v Dominan nya
kandungan air lebih banyak terdapat pada bagian batang tanaman dibandingkan
bagian akar tanaman
4.2 Saran
v Sebaiknya praktikum nutrisi tanaman tidak dilakukan
di rumah kaca, karena suhu didalam rumah kaca tersebut sangat tinggi, jadi
mahasiswa didalam pengamatan komoditi nya menjadi tidak konsentrasi dan data
yang diambil menjadi tidak akurat
v Sebaiknya penanaman komoditi yang dipraktikumkan
tidak hanya menggunakan pasir saja, ada baiknya dilakukan penanaman dengan
menggunakan tanah atau media tumbuh lainnya agar mahasiswa tahu perbandingan
kesuburan dan tingkat perkembangan komoditi yang ditanamnya dengan menggunakan
media pasir dan yang dengan menggunakan media tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad
Hidayat, budidaya jagung, Balai Penelitian Tanaman , Jakarta
Anonimous,
2009, Budidaya jagung, Journal
Litbang Pertanian, Jakarta
Anonimous,
2009, jagung, Journal Litbang
Pertanian, Jakarta
Anonimous,
2003, Perbenihan jagung,
Journal Litbang Pertanian, Jakarta
Anonimous,
2005, Penyimpanan Benih dan Pembibitan,
IPB, Bogor
Edy
Suprapto, 2007, Penekanan Hayati
Penyakit moler Pada tanaman jagung Dengan PGPR, Journal litbang
Pertanian, Jakarta
Surojo
G, 2006, Pemupukan dan Pemeliharaan
jagung, Dipertabun, Nganjuk
Surojo
G, 2006, Penggunaan Benih dan
Pemeliharaan jagung, Dipertabun, Nganjuk
Surojo
G, 2006, Pengelolaan Lahan dan
Penyiapan Lahan Media Tanam jagung, Dipertabun, Nganjuk
anak2 agroteknologi dipusingkan ma laporann akhir praktikum
BalasHapus